Kapal van Imhoff adalah sebuah kapal dari maskapai pelayaran Belanda Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM). Kapal van Imhoff yang pertama terdampar dan tenggelam pada tahun 1911. Kapal kedua yang bernama sama dibuat pada tahun 1914 di Fijnenord dan kemudian tenggelam pada tanggal 19 Januari 1942 di sebelah barat Pulau Sumatra, dekat Pulau Nias, setelah di bom oleh pesawat Jepang. Nama van Imhoff diambil dari nama seorang Gubernur Jendral Hindia berkelahiran Jerman, Gustaaf Willem van Imhoff.

Tenggelamnya Kapal van Imhoff

Setelah invasi Jerman ke Belanda Mei 1940 1)Artikel Wikipedia: German invasion of Netherlands, semua warga negara Jerman dan simpatisan Nazi di Hindia Belanda ditangkap oleh pemerintah Kolonial. Termasuk diantaranya para misionaris Basel dan RMG, dokter, perawat rumah sakit, insinyur, seniman dan para Yahudi Jerman yang tinggal di Hindia Belanda. Kebanyakan dari mereka ditahan di kamp Fort de Kock dan Lembah Alas, keduanya berada di Pulau Sumatra 2)H. von Tucher, Paul (1980), German Missions in British India Nationalism: Case & Crisis in Misions.. Pada bulan Februari 1942, Tentara Jepang mendarat di Air Bangis, Sumatra 3)Artikel Wikipedia: Invasion of Sumatra 1942. Karena Jepang beraliansi dengan Jerman pada perang dunia ke II, maka Belanda memutuskan untuk memindahkan semua tahanan ke koloni Inggris di India agar Jepang tidak membebaskan mereka nantinya. Ada 3 kapal KPM yang ditugaskan ini yaitu kapal Plancius, Ophir dan van Imhoff.

Rute Kapal van ImhoffPada tanggal 15 Januari 1942, Kapten kapal van Imhoff, M.J Hoeksema menerima perintah dari Padang untuk berangkat dari Sibolga menuju India. Tanggal 18 Januari 1942 Kapal van Imhoff pun berangkat membawa 478 internir Jerman dan 110 orang Belanda dimana 62 diantaranya adalah tentara KNIL. Tanggal 19 Januari 1942, saat memasuki perairan dekat Nias, Kapal van Imhoff di bom oleh pesawat Jepang. 2 Bom pertama meledak di dekat kapal, namun bom ketiga tepat mengenai Kapal van Imhoff. Kapten Hoeksema panik dan memerintahkan untuk melepas semua sekoci penyelamat ke laut. Namun ada satu sekoci tidak dapat diturunkan dan kemudian dibiarkan begitu saja. Salah seorang penjaga meminta kepada kapten Hoeksema agar para tawanan juga diikutkan pada sekoci, namun Kapten Hoeksema menolak karena tidak ada perintah untuk melepaskan para tahanan. Dia juga menganggap bahwa seluruh tawanan adalah musuh 4)KPM Ships van Imhoff and Rooseboom – Mercantile Marine – diakses tanggal 18 September 2013. Seluruh awak kapal akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan sekoci namun hampir semua tawanan Jerman tewas bersama dengan tenggelamnya kapal ini. Hanya 65 dari mereka yang berhasil mencapai pulau Nias beberapa hari kemudian.

Berbulan-bulan kemudian kabar ini sampai ke Jerman yang membuat otoritas Jerman menangkap para pegawai KPM di Belanda dan kemudian dikirim untuk kerja paksa. KPM juga dipaksa untuk membayar 4 Juta Guilder sebagai kompensasi bagi keluarga korban yang tenggelam di kapal van Imhoff 5)KPM Ships van Imhoff and Rooseboom – Mercantile Marine – diakses tanggal 18 September 2013.

Terdampar di Nias

Beberapa orang tawanan Jerman yang berhasil menyelamatkan diri dari kapal van Imhoff terkatung-katung di tengah laut dengan sebuah rakit kecil. Albert Vehring, salah seorang tawanan yang selamat menceritakan bahwa tanggal 20 Januari 1942, lewatlah sebuah kapal Belanda bernama Boelongan mendekati rakit mereka. Dari jarak 100 meter kapal ini bertanya apakah kalian orang Belanda. Saat dijawab tidak, maka kapal ini kemudian pergi dan tidak kembali 6)Schütz, K.W (1964), Verbrechen am deutschen Volk Eine Dokumentation alliierter Grausamkeiten.

Pada tanggal 23 Januari 1942, kondisi para tawanan yang selamat ini semakin payah. Dengan keadaan kelaparan dan kehausan akhirnya mereka terdampar di Pantai Pulau Nias. Disana mereka bertemu beberapa orang Nias yang bersahabat dan seorang pastur Belanda bernama Ildefons van Straalen yang kemudian menolong mereka dengan memberikan makanan dan minuman. Para tawanan yang selamat ini kemudian dibawa ke Hilisimaetanö untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Keesokan harinya seluruh tawanan Jerman ini dibawa ke Gunungsitoli dan ditahan oleh Belanda disana. Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati. Para pejabat Belanda di Nias bingung, apa yang harus mereka perbuat, termasuk pada tawanan Jermannya 7)Anwar, Rosihan (2004), Sejarah Kecil: La Petite Histoire, Jakarta, Kompas, p. 82. Selama dalam tahanan, para tawanan Jerman ini kemudian bersekongkol dengan para polisi pribumi yang ditugaskan menjaga mereka untuk melakukan kudeta terhadap Belanda. Maka kini keadaan berbalik, Orang-orang Belanda justru di tahan dan para tahanan Jerman bersama-sama dengan para polisi pribumi memproklamirkan Free Republic of Nias. 8)Anwar, Rosihan (2004), Sejarah Kecil: La Petite Histoire, Jakarta, Kompas, p. 82 9)Geerken, Horst H (2011), A Magic Gecko, Penerbit Buku Kompas, ISBN 9789797095543

Plak Peringatan di Nias

Untuk memperingati para korban van Imhoff yang tenggelam, dibuatlah dua plak peringatan di kota Gunungsitoli dan Teluk Dalam, berbarengan dengan rekonstruksi yang dilakukan orang-orang Jerman di Nias saat Gempa bumi Nias 2005. Salah satu plak yang berada di Gereja BKPN Telukdalam bertuliskan:

407 orang Jerman tewas akibat kapal Belanda van Imhoff tenggelam dekat Hinako. 66 orang menyelamatkan dirinya dengan sekoci yang rusak. Ketika mereka mendarat di pantai Nias Selatan (Muara Eho) arah barat dari Telukdalam, seorang pemberita injil (Sinenge) menyambut mereka dengan berkata: “Kami adalah orang pengikut Yesus dari Zending Barmen”. Misionaris Weiler menjawab, kalau begitu kita bersaudara.

Catatan kaki:

Catatan kaki:
1 Artikel Wikipedia: German invasion of Netherlands
2 H. von Tucher, Paul (1980), German Missions in British India Nationalism: Case & Crisis in Misions.
3 Artikel Wikipedia: Invasion of Sumatra 1942
4, 5 KPM Ships van Imhoff and Rooseboom – Mercantile Marine – diakses tanggal 18 September 2013
6 Schütz, K.W (1964), Verbrechen am deutschen Volk Eine Dokumentation alliierter Grausamkeiten
7, 8 Anwar, Rosihan (2004), Sejarah Kecil: La Petite Histoire, Jakarta, Kompas, p. 82
9 Geerken, Horst H (2011), A Magic Gecko, Penerbit Buku Kompas, ISBN 9789797095543

Posted by Doni Kristian Dachi

A small piece, an -ism. No more, no less.

4 Comments

  1. Kongrats, Sdr. Doni Kristian Dakhi, atas pembukaan portal ini dengan perhatian spesial mengenai sejarah yg berhubungan dengan pulau Nias.

    Tetapi berkaitan dengan artikel diatas (…Van Imhoff) kami mintak supaya diperiksa kembali sesuatu Catatan kaki No. 4,5
    “Franz J. Scheidl: Geschichte der Verfemung Deutschlands, Band 6” –
    Ma’af, tetapi kemungkinan Sdr. Dakhi kurang fasih bahasa Jerman utk cukup mengerti kenyataanya disitu, bahwa Herr F. Scheidtl itu dan kawan2nya adalah pembela German-Nazi.
    Dalam karanganya diingkarkan dal. umpamanya kenyataan kejahatan “Holocaust” (pembunuhan massal terhadap kaum Yahudi Eropa) Tetapi kejahatan ini adalah sesuatu historical fact! Mengingkari hal itu berupa di Jerman sesuatu tindak kejahatan yg dapat kenak hukum pidana. Scheidl dan kawan2nya adalah pengarang2 historis yg kurang serius yg tidak diakui oleh pengarang2 sejarah yg profesional.

    Justru karena itu kami sebagai orang Jerman mintak d.h., supaya catatan kaki No.4,5 dihapuskan.

    Terima kasih dan Ya’ahowu!

    A. Kristof Sturm

    Reply

  2. Ya’ahowu Ama Kristof Sturm,

    Terimakasih untuk informasinya. Keterbatasan saya dalam bahasa jerman memang membuat saya tidak menyadari kalau saya mengutip dari website pembela Nazi. Untuk itu seperti saran bapak, maka catatan kaki yang dimaksud akan saya hapus. Terimakasih dan mohon maaf atas keteledoran ini.

    Reply

  3. Terima kasih atas reaksi yg begitu cepat. Salam dan Ya’ahowu!
    A. Kristof Sturm

    Reply

Leave a Reply